Senin, 03 Oktober 2016

Re-aktualisasi Cinta Nabi

Yaa Nabi salam ‘alayka
Yaa Rasul salam ‘alayka
Yaa habib salam ‘alayka
Shalawatullah ‘alayka
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”  [TQS. Al-Ahzab: 56]
Pada bulan Rabi’ul awal setiap tahunnya senantiasa diperingati hari kelahiran (maulid) Nabi Muhammad saw. Salah satu tujuan dari peringatan Maulid Nabi saw. yang biasa dilakukan oleh sebagian kaum Muslim pastilah menumbuhkan rasa cinta kepada Nabi saw. sebagai wujud dari cinta kepada Allah swt. Persoalannya, cinta kepada Allah dan Nabi-Nya, pasti menuntut sejumlah konsekuenasi tertentu, bukan sekadar diwujudkan dengan kata-kata dan puja-puji atas Allah dan Nabi-Nya. Dalam konteks mencintai Allah dan Nabi saw. ini, konsekuensi yang dituntut dari kaum Muslim adalah keharusan untuk mengikuti dan meneladani apa-apa yang telah beliau contohkan.

Mencintai dengan meneladani
Al-Zujaj juga berkata, "Cinta manusia kepada Allah dan Rasul-Nya adalah menaati keduanya serta meridhai segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasulullah saw". Cinta dalam arti yang dimaksudkan di atas merupakan suatu kewajiban.  Sebab, mencintai Allah dan Rasul-Nya terikat dengan pengamalan syariat yang telah diwajibkan oleh keduanya. Artinya, ketika seorang Muslim menyatakan bahwa kecintaannya yang tertinggi adalah kepada Allah dan Rasul-Nya, maka dia wajib untuk mengekspresikan kecintaannya itu dengan meneladani segala perilaku beliau dalam segala aspek kehidupan. Allah swt berfirman:
Katakanlah, “Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” [TQS. Ali Imran: 31].
Selain itu, kecintaan pada Rasul saw. juga harus diposisikan di atas kecintaan pada hal-hal keduniaan. Sebagaimana sabda Nabi saw:
“Tidak beriman seorang hamba hingga aku lebih ia cintai daripada keluarganya, hartanya, dan seluruh manusia yang lainnya”. [Muttafaq 'alaih].

Masterpiece keteladanan
Rasulullah saw. adalah pemimpin segala bidang. Ia pemimpin umat di masjid, di dalam pemerintahan, juga di medan pertempuran. Ia tampak seperti psikolog yang mengubah jiwa manusia yang biadab menjadi beradab. Ia juga seorang politikus yang berhasil menyatukan suku-suku bangsa hanya dalam waktu kurang dari seperempat abad. Ia juga pemimpin ruhani yang melalui aktivitas peribadahannya telah mengantarkan jiwa pengikutnya ke alam kelezatan samawiyah dan keindahan suasana ilahiah. Allah swt. berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. [TQS. Al-Ahzab: 21]
Siapapun yang mencintainya, sering mengingatnya, hendaknya ia berkeinginan untuk meneladani dan mengikuti jejaknya serta sudah selayaknya hidup dengan menjalani perilaku yang pernah beliau praktikkan. Sebab, beliau merupakan teladan sekaligus panutan bagi seluruh kaum Muslim. Beliau adalah pribadi Islam pertama yang dipilih oleh Allah untuk mengemban amanah Islam sekaligus menyampaikan, menerapkan, dan menyebarluaskannya. Beliau adalah orang yang sangat dipercaya sekaligus orang yang paling takut dan bertakwa kepada Allah dibandingkan dengan semua manusia.

Re-aktualisasi kecintaan
Momentum maulid Nabi sudah selayaknya kita arahkan untuk mengingat kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah kepada kaum Muslim melalui kelahiran tersebut, yaitu berupa kenyataan bahwa melalui tangan beliaulah Allah memenangkan agama ini di atas agama-agama yang lain. Lewat perantaraan beliaulah kegelapan jahiliah digantikan dengan cahaya Islam, hukum kufur digantikan dengan hukum Islam. Allah Swt. memerintahkan kita untuk meneladani Rasul dalam setiap aspek kehidupan. Allah Swt. memerintahkan kita untuk menjalankan Islam secara kaffah. Karenanya, di bulan Rabi’ul Awwal ini tidak cukup hanya ingat akan kelahiran Nabi Muhammad saw. saja, melainkan bagaimana kaum Muslim secara kolektif membidani lahirnya umat Islam yang satu, diikat oleh akidah yang satu, dihukumi oleh aturan yang satu, dan dipimpin oleh pemimpin yang satu. Wallahu a’lam bi al-shawab.[]


=====
(Jika merasa mendapat manfaat dari tulisan ini, sila disebarluaskan)
=====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar